takdir.
"kenapa yong?" tanya yuta
"males, males, males" kesal taeyong
"eh bang, lo bawa apaan tuh?" kepo lucas
"nih, martabak manis yang atas. yang bawah martabak asin," kata taeyong sambil menaruhnya dimeja depan sofa.
baru saja mendudukkan daksa disofa, pintu ruangan itu kembali terbuka. terpampang chaeyeon-chaeryeong yang lagi mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan itu, mencari taeyong pastinya.
"bang taeyong bangun!" teriak chaeyeon
"apasih? bikin gua kaget aja." kesal taeyong sambil menatap kedua adiknya itu.
"ayo ikut buruan," chaeryeong berusaha menarik taeyong tapi dia kalah kuat.
"kemana lagi?" tanya taeyong
"ikut ajasih, daripada nanti kesel lagi," omel chaeyeon
"yaudah, ayo!"
sepeninggal taeyong, doyoung yang bingung dari tadi karena jaehyun diem aja saat tahu rose kembali pingsan. padahal dia juga udah denger penjelasan dari dokter hyojoo tadi, tapi dia masih ada linglung. kenapa si ini anak?
"jeff, lo beneran gaapa?" tanya Doyoung membuyarkan lamunan jaehyun
"hah? gua? oh gaapa, emang kenapa?" jawab jaehyun
"lo diem aja daritadi. kenapa?" kepo yuta
"bang jangan kaget ya, tapi mama-papa gua lagi keluar negeri eh masih dipesawat sih, terus nanti kalo gua pulang gimana ya? kak krys sama kak jess kan lagi ada jadwal sendiri-sendiri" jelasnya
"yaelah, tinggal lompat aja kali," celetuk lucas
"masalahnya bang, kalo lompat tuh udah pasti dikira maling sama cctv rumah, walaupun itu kita sendiri" keluh mark
jaehyun bingung, karena kemarin mark udah pulang dan ngambil baju gantinya, sementara baju jaehyun malah ga dibawain mark padahal udah disiapin mama dimeja tamu, kelupaan katanya. jaehyun mengusap wajahnya, bingung. pusing.
yaudah lah mau gimana, beli aja deh. pikir jaehyun.
sedang jaehyun bingungsama baju gantinya, pintu ruangan terbuka lagi untuk yang kesekian kali. pelakunya sama, dua adik cantik taeyong yang kini bawain bubur buat ketuju teteh cantiknya.
udah, waktu makan malem rupanya. batin jaehyun.
"bang, tolong pencetin tombol buat manggil dokter. buruan ini gawat." panik chaeyeon
"kalian semua keluar, ruangan ini gaboleh ada orang lain selain dokter dan pasien." titah chaeryeong
ketujuh laki-laki yang ada disebelah kasur cewek-cewek itu langsung memencet tombol pemanggil dokter. setelah dirasa cukup lama memencet tombol, semuanya keluar. para orang-orang diluar itu hanya diam melangit kan do'a. jaehyun dan taeyong yang berada dibarisan depan dan menatap jendela secara langsung merasa khawatir, resah, bingung, semua bercampur menjadi satu kala itu. bahkan mereka tak bisa membiarkan mata mereka berkedip sedikitpun.
benar saja, saat jaehyun mengedipkan matanya sekali. semua berubah, para perawat dan dokter hyojoo melepas alat-alat yang tertempel di badan ke tujuh perempuan itu. bersamaan dengan itu, chaeryeong berjalan mendekati jendela untuk menutup kordennya. membuat jaehyun maupun taeyong bingung kepalang.
korden tertutup, dapat terdengar bahwa alat-alat dibadan ketujuh perempuan itu dilepas dan langsung dimatikan. didalam sana, dokter hyojoo menghela napasnya pasrah. matanya berkaca-kaca, ini sudah yang kesekian kali. tapi mengapa setiap ia gagal menyelamatkan pasiennya, ia juga merasa gagal menjadi dokter. seperti sekarang ini.
"selesai, kita semua boleh keluar. sterilkan ruangan ini. chaeyeon-chaeryeong tetap disini untuk menemani semua teman kalian yang masuk selama sepuluh menit dan langsung sterilkan kembali ruangan ini. ingat, jangan lebih dari sepuluh menit, kalian paham?" titah dokter hyojoo
"siap, paham dokter."
setelah itu mereka keluar, meninggalkan ruangan dengan raut muka kecewa, sedih, marah yang bercampur menjadi satu. chaeyeon-chaeryeong menyuruh mereka semua masuk dengan mewanti-wanti mereka agar ada disana selama sepuluh menit saja, tidak lebih namun boleh kurang.
semuanya masuk, melihat satu-persatu perempuan cantik yang sudah ditutupi oleh selimut masing-masing. menangis, terpukul, kecewa, marah, sedih bercampur menjadi satu. minju dan somi pingsan karena terkejut dan terlalu banyak menangis. jaemin dan haechan membawa mereka ke dua sofa panjang yang mereka duduki tadi, membiarkan mereka disana tanpa berniat membangunkannya.
taeyong berteriak, memeluk jennie dengan kasar seolah-olah tidak mengizinkan perempuan itu meninggalkannya walau sedetik saja. jaehyun diam dengan tatapan kosong, rose-nya diam dengan suhu dingin yang menjalar ditubuhnya. ten menangis, ia memeluk lisa, meminta lisa untuk tidak meninggalkannya. lucas diam seribu bahasa, air matanya keluar begitu saja ketika melihat yuqi yang dicintainya diam terbujur kaku dihadapannya. doyoung menatap sejeong penuh makna, memeluknya, mencium keningnya lama sambil menahan air matanya yang akan keluar. mark melihat wajah mina dengan intens, wajah yang setelah ini mungkin tak akan pernah ia lihat lagi. wajah favoritnya setelah mamanya, kakak-kakaknya, nenek-nya, dan orang tercantik dikeluargannya itu. diam, merenung, menangis dalam hatinya karena air matanya sudah habis begitu saja. sedang yuta mengelus wajah jisoo dengan tulus, memandanginya seolah-olah tak ada hal penting lain yang ada di hidupnya. sesekali memeluk wanita favoritnya di dunia setelah ibu dan adiknya. berbisik ditelinga jisoo bahwa dia akan berusaha bahagia dan selalu mendo'akan jisoo, kekasihnya.sementara yang lain diam, menunduk sedih, menahan air mata, berempati, semuanya. serasa belum cukup waktu-waktu lama yang mereka lewati bersama ketujuh perempuan itu bersama mereka.
"silahkan keluar, udah sepuluh menit. ruangan ini harus steril." kata chaeyeon sambil membukakan pintu sebelah kanan dan chaeryeong disebelah kiri.
semuanya, bahkan termasuk tujuh laki-laki itu keluar dengan menunduk dalam. berusaha merelakan. sambil berpikir : lalu, bagaimana nanti mereka bahagia? bagaimana mau bahagia, kalau seseorang favoritnya malah meninggalkannya untuk selama-lamanya? lalu bagaimana nanti hidup mereka? masihkah berlanjut? atau berhenti disini saja?
_______________________
R.
Bạn đang đọc truyện trên: ZingTruyen.Store